Kekurangan Klorinasi Dalam Pemurnian Air

Kekurangan Klorinasi Dalam Pemurnian Air

Kekurangan Klorinasi Dalam Pemurnian Air – Aqualux Water Purifier

Klorinasi telah terbukti sangat efektif melawan bakteri dan virus. Namun, metode ini tidak dapat mendisinfeksi semua patogen yang ditularkan melalui air. Patogen tertentu, yaitu kista protozoa, resisten terhadap efek klorin. Cryptosporidium dan Giardia, dua contoh kista protozoa, telah menimbulkan kekhawatiran besar karena penyakit serius yang dapat ditimbulkannya. Cryptosporidium adalah penyebab wabah di North Battleford pada tahun 2001, dan Milwaukee pada bulan April 1993. Dalam air baku dengan tingkat Giardia dan Cryptosporidium yang tinggi, metode disinfeksi lain harus dipertimbangkan. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi proses desinfeksi. Dari jumlah tersebut, konsentrasi atau dosis klorin dan waktu kontak klorin (waktu klorin dibiarkan bereaksi dengan kotoran di dalam air) adalah faktor yang paling penting.

Klorin membutuhkan waktu untuk menonaktifkan mikroorganisme yang mungkin ada di air yang diolah untuk konsumsi manusia. Semakin banyak waktu kontak klorin dengan mikroorganisme, semakin efektif prosesnya. Waktu kontak adalah waktu sejak pertama kali klorin ditambahkan hingga air digunakan atau dikonsumsi.

Hubungan positif yang sama terlihat saat mempertimbangkan konsentrasi klorin. Semakin tinggi konsentrasi klorin, semakin efektif proses desinfeksi air. Hubungan ini berlaku karena dengan meningkatnya konsentrasi, jumlah klorin untuk desinfeksi meningkat. Berbeda dengan hubungan antara konsentrasi klorin dan efektivitas desinfeksi, konsentrasi klorin dan waktu kontak klorin dengan air menunjukkan hubungan terbalik. Ketika konsentrasi klorin meningkat, waktu kontak air-klorin yang dibutuhkan pada akhirnya menurun. Untuk menentukan tingkat desinfeksi (D) dapat dihitung nilai CT. Nilai ini adalah hasil kali dari konsentrasi klorin (C) dan waktu kontak (T). Rumusnya adalah sebagai berikut: C * T = D. Konsep ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi klorin (C) akan membutuhkan waktu kontak yang lebih sedikit untuk mencapai tingkat disinfeksi yang diinginkan. Kemungkinan lain adalah peningkatan waktu kontak yang pada gilirannya akan membutuhkan konsentrasi klorin yang lebih rendah agar tingkat desinfeksi tetap sama.

Nilai CT yang dibutuhkan bergantung pada beberapa faktor, antara lain: jenis patogen dalam air, kekeruhan air, pH air, dan suhu air. Kekeruhan adalah zat yang tersuspensi di dalam air dan jenis patogen dapat berkisar dari bakteri seperti E.coli dan Campylobacter hingga virus termasuk Hepatitis A.Pada suhu yang lebih rendah, kekeruhan yang lebih tinggi, atau tingkat pH yang lebih tinggi, nilai CT (yaitu tingkat desinfeksi) harus ditingkatkan, tetapi pada kekeruhan yang lebih rendah, bahan tersuspensi yang lebih sedikit di dalam air akan mencegah kontak disinfektan dengan mikroorganisme, sehingga membutuhkan nilai CT yang lebih rendah. Suhu air yang lebih tinggi dan tingkat pH yang lebih rendah juga akan memungkinkan nilai CT yang lebih rendah.

Klorin bisa menjadi racun tidak hanya untuk mikroorganisme, tapi juga untuk manusia. Untuk manusia,klorin dapatmenimbulkan iritasi pada mata, saluran hidung, dan sistem pernapasan. Gas klorin harus ditangani dengan hati-hati karena dapat menyebabkan efek kesehatan yang akut dan dapat berakibat fatal pada konsentrasi serendah 1000 ppm. Namun, gas klorin juga merupakan bentuk klorin yang paling murah untuk pengolahan air, yang menjadikannya pilihan yang menarik terlepas dari ancaman kesehatannya.

Klorin memang dijual bebas dan mudah didapatkan, namun dengan ancaman kesehatan yang dapat ditimbulkan maka setiap individu harus bijak dalam menggunakannya. Penggunaan klorin harus dilakukan oleh pihak yang memahami.

Baca Juga : Jenis Klorin untuk Pemurnian Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *